Jumat, 16 Juni 2017

Konflik Sosial Politik Rezim Orde Baru Yang Banyak Diangkat Dalam Novel



Image result for rezim orde baru
(image by Google.com)



Oleh Muhammad Mustain

Ahmad Tohari adalah sastrawan yang terkenal dengan novel triloginya Ronggeng Dukuh Paruk yang ditulis pada 1981. Belum lama ini ia dianugerahi PWI Jateng Award 2012 dari PWI Jawa Tengah karena karya-karya sastranya yang dinilai mampu menggugah dunia. Lahir di Tinggarjaya, Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah pada 13 Juni 1948, Ahmad Tohari menamatkan SMA nya di Purwokerto. Setelah itu ia menimba ilmu di Fakultas Ilmu Kedokteran Ibnu Khaldun, Jakarta (1967-1970), Fakultas Ekonomi Universitas Sudirman, Purwokerto (1974-1975), dan Fakultas Sosial Politik Universitas Sudirman (1975-1976). 
Ahmad Tohari sudah banyak menulis novel, cerpen dan secara rutin pernah mengisi kolom Resonansi di harian Republika. Karya-karya Ahmad Tohari juga telah diterbitkan dalam berbagai bahasa seperti bahasa Jepang, Tionghoa, Belanda dan Jerman. Dalam hal ini saya akan membahas tentang konflik yang terjadi dalam salah satu novel yang tak kalah menariknya dengan ronggeng dukuh paruk, ialah novel berjudul Orang-orang Proyek.
Dalam novel tersebut menceritakan seorang insinyur bernama Kabul yang bertugas sebagai mandor pembangunan sebuah jembatan namun dia harus menghadapi masalah dilematis terhadap orang-orang dalam proyek tersebut maupun masyarakat desa yang ikut dalam pembangunan. Antara lain adalah konflik dengan atasanya yaitu Dalkijo seorang simpatisan partai politik yang harus memaksakan Kabul sebagai seorang mandor untuk menyelesaikan pembangunan jembatan tersebut secara cepat dan dengan bahan yang alakadarnya, sehingga kabul harus mempertimbangkan baku mutu bangunan tersebut. Jembatan tersebut merupakan salah satu bangunan yang akan menjadi tempat perayaan HUT GLM (Golongan Lestari Menang)/ nama lain dari sebuah partai politik waktu itu. Proyek pembangunan jembatan itu telah dijadikan ajang penarikan simpati masyarakat terhadap partai politik tertentu. Anggaran proyek banyak yang digerogoti para pejabat dan juga orang-orang dalam proyeknya sendiri. Tetapi Kabul masih mempertahankan idealismenya untuk tetap melawan praktik-praktik kecurangan dalam proyeknya. Latar waktu novel ini terjadi pada masa orde baru yang sangat kental akan masalah korupsi, kolusi maupun nepotisme.
Ahmad Tohari berhasil menggambarkan secara mendetail dengan masalah-masalah yang memang terjadi pada waktu itu. Korupsi terjadi di mana-mana sampai proyek pembangunan jembatan dijadikan objek untuk mencari simpati masyarakat dalam melanggengkan kekuasaannya. Penulis memang besar dan mengalami masa-masa kelam orde baru yaitu masa 1980-1990an, tak heran bahwa penulis mampu menggambarkan secara lugas praktik-praktik negatif rezim orde baru yang masuk di setiap sendi kehidupan masyarakat. 
Novel tersebut juga kaya akan makna nilai moral yang tinggi yang digambarkan dalam sosok Kabul yang mempunyai keteguhan jiwa, profesionalisme, sikap kejujuran serta idealisme yang harus dijunjung tinggi. Karya lain yang banyak membeberkan konflik politik pada rezim orde baru adalah tulisan berjudul Pulang Leila Salikha Chudori. Dia adalah tokoh pengarang sekaligus wartawan yang cukup cemerlang. Dalam novelnya itu penulis menceritakan konflik politik maupun konflik sosial yang terjadi dalam orde lama dan menyambung sampai ke masa akhir rezim orde baru yaitu sekitar tahun 1998. Dimana dalam novel ini saya mengkritisi bagian setting ketika tiba dimana terjadi penguasaan rezim orde baru.
Lagi-lagi penulis yang sama halnya Ahmad Tohari menceritakan konflik politik yang menonjolkan sikap pemerintah dalam caranya melanggengkan kekuasaan. Para aktifis yang secara teguh mempertahankan sikap idealis mereka banyak yang ditangkap. Mahasiswa yang melakukan demonstrasi untuk menuntuk mundurnya pemimpin ada yang ditembak dan tewas. Novel tersebut juga mengungkapkan detail strategi politik dalam melanggengkan kekuasaanya. Masyarakat di cekoki dengan paham-paham dalam kebencian yang amat sangat terhadap salah satu partai pesaingnya waktu itu, PKI.  Sedikit berbeda memang dengan konflik yang terjadi dengan novel Orang-orang Proyeknya Ahmad Tohari yang hanya konflik politik rezim orde baru dalam strategi pelanggengan kekuasaan dengan memanfaatkan suatu proyek pembangunan objek fital masyarakat yaitu jembatan penghubung, tetapi intinya dalam kedua novel tersebuy adalah sama-sama mengangkat tema cara-cara haram rezim orde baru dalam mempertahankan, melanggengkan, serta mengambil simpati masyarakat.  Konflik-konflik politik dalam masa orde baru memang banyak dikriktisi oleh para kritikus tanah air, karena penulis ingin memberikan stimulan pemahaman mendalam terhadap praktik kediktatoran yang terjadi dalam memimpin maupun cara-cara mereka mempertahankan kekuasaannya.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tan Malaka Sebagai Pahlawan Indonesia yang Terlupakan (Dalam Novel Tan)

Oleh Muhammad Mustain     Ringkasan Cerita TAN Sebuah Novel : (image by Google.com) Tan Malaka adalah putra asli desa Lum...